Rabu, 05 Desember 2012

BATAVIA



Batavia dahulu adalah sebuah bandar sibuk milik Pemerintah Kolonial Belanda sebagai ujung tombak perwakilan kekuasaan Belanda di Nusantara, terutama untuk sektor pengadaan hasil bumi. Belanda menganggap Batavia sebagai pos terpentingnya, dan karenanya membangun Batavia dengan usaha yang serius. Sisa-sisanya masih terlihat dari bangunan-bangunan megah di sini, di Jakarta, sebagai bangunan administratur, fasilitas umum, fasilitas sosial mereka, atau pun tempat tinggal pribadi.

Kemudian, Batavia pun menjadi magnet bagi orang-orang dari seantero Nusantara untuk datang (baik dengan paksaan Pemerintah Kolonial Belanda, maupun inisiatif sendiri) dan hidup serta berkehidupan di sana. Mereka berkunjung, sekadar safar, menumpang hidup atau pun mukim permanen.

Sehingga akhirnya, otomatis timbul proses asimilasi. Sebagian secara vertikal, antara Orang Belanda dengan Orang Pribumi. Sebagian lagi secara horizontal, antara sesama Orang Pribumi. Sebagian lewat jalan pernikahan, sementara sisanya menempuh cara di luar itu.

Pendeknya, dari proses asimilasi tersebut lantas muncul sebuah generasi baru yang memiliki banyak kesamaan-kesamaan di pelbagai atribut sosial. Orang pun lalu mengenalnya sebagai Betawi.

Tidak bisa dipungkiri bahwa Batavia identik dengan Betawi. Wilayahnya itu-itu juga… Artinya, secara geografis (paling tidak) Batavia menjadi cikal bakal Betawi, atau Suku Betawi, atau Etnis Betawi. Di tanahnya, lahir entitas komunitas yang kemudian terdefinisi secara khusus—utamanya dari sudut pandang budaya—sebuah komunitas tertentu bernama Betawi. Orang Betawi. Sebagaimana Jawa, Sunda, Batak, dan lain sebagainya dengan latar belakang sejarah pertumbuhan masing-masing.

Betawi dengan segala dinamikanya hingga sekarang menjadi identik dengan titik geografis Batavia. Hari ini, bilamana disebut Jakarta, orang akan langsung terngiang dengan Suku Betawi. Seperti halnya orang akan teringat Suku Sunda ketika mendengar daerah Kuningan, atau Cirebon misalnya.

Di zaman sekarang, media massa termasuk yang paling kuat mengukuhkan fenomena ini. Kita saksikan di tivi, acara-acara sinetron atau cerita lepas banyak mengangkat kisah bergenre Betawi yang sedikit banyak memberi semacam penguatan bahwa Batavia, Jakarta, sangat identik dengan Betawi.

Seperti Sinetron Si Doel Anak Sekolahan, misalnya. Apalagi, seniman-seniman Betawi kenamaan semisal Benyamin Sueb, Bang Mandra (kini beliau menjabat sebagai salah seorang anggota DPR RI), Ibu Tonah, dan lain-lain memerankan penokohan mereka dengan begitu apik, begitu natural. Jadilah sinetron ini salah satu produk tivi yang turut menyumbang pengidentikan Batavia, Jakarta, dengan Betawi. Serta tontonan-tontonan lainnya.

Hari ini, pun terjadi asimilasi di Jakarta. Namun, tetap tidak menciptakan sebuah etnis baru, kendati telah berkembang budaya baru. Demikian pula di daerah-daerah dan pelosok-pelosok lain. Terjadinya kelahiran etnis telah berhenti, entah kapan. Termasuk di sini, di Batavia. Di Jakarta. Di Betawi.


Sumber: blogdetik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar