Menangkap Kegelisahan Hati Jakarta
Jakarta, ibu kota Indonesia yang menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian, menyimpan sejuta kisah. Padatnya aktivitas warganya sangat dipengaruhi oleh kondisi kota.Salman Aristomenangkap dan merangkum kegelisahan penghuni jantung ibukota ini.
Lewat kisah-kisah yang sederhana, Salman yang bertindak sebagai penulis skenario dan sutradara memposisikan diri sebagai orang ketiga yang hanya bisa menerka tanpa mengetahui jalan keluar yang pasti dari cerita tersebut.
Di tengah hiruk pikuk kecepatan roda kemajuan, Jakarta menjadi begitu trengginas. Kejernihan hati tergilas. Jakarta pun menjadi kota yang lebih keras dari batu. Kisah-kisah dalam film ini mencoba membuat sketsa akan pencarian hati itu. Jakarta Hati tak hanya membidik percintaan melankonis antar dua pemuda. Film yang mulai tayang 8 November ini terdiri dari lima kisah yang akan bergerak secara berkesinambungan tanpa terhubung ceritanya satu sama lain.
Cerita pertama ORANG LAIN dibintangi oleh Surya Saputra danAsmirandah. Seorang laki-laki dan seorang perempuan yang saling tidak mengenal mencoba saling terka. Istri laki-laki itu selingkuh dengan pacar perempuan. Mereka berbincang, sambil berdua menyisiri malam Jakarta. Mempertanyakan siapa yang telah menjadi orang lain dalam hubungan yang cedera itu.
Cerita kedua berjudul MASIH ADA. Dengan bintang utama Slamet Rahadjo yang berperan sebagai Marzuni, salah seorang anggota dewan yang terhormat. Gara-gara mobilnya rusak, Marzuki harus mencari kendaraan ke Senayan. Sementara dia harus sampai ke Senayan, sebelum jam 11 siang. Marzuni menemukan kenyataan lain di perjalanannya tersebut.
Satpam perumahan tidak mengenalinya karena mobilnya selalu tertutup kaca gelap. Di perjalanan Marzuni, supir taksi disebutnya bodoh. Masih juga Marzuni menemui anak kecil yang hendak dipukuli karena ketahuan mencopet hanya untuk makan. Sementara Marzuni ke Senayan bukan untuk rapat, melainkan menerima uang suap. Ketika di tangannya ada tas olahraga berisi uang kontan satu milyar hasil bagi-bagi korupsi, Marzuki mencari hatinya.
Cerita ketiga, KABAR BAIK dengan bintang utama Andhika Pratama danRoy Marten. Andhika berperan sebagai polisi muda yang berusaha selalu lurus. Lalu datang dengan laki-laki paruh baya yang masih nampak gagah. Mereka sedang mengisi berkas BAP. Kasus penipuan laki-laki itu melibatkan banyak perempuan. Soal arisan berantai. Ibunya terus menelpon sementara ayahnya mengakui semua kesalahannya. Ada dua orang yang menunggu ayahnya pulang, ibu dan adiknya. Pada siapa polisi muda itu memberi kabar baik kemunculan ayahnya?
Kisah keempat HADIAH dibintangi oleh Dwi Sasono dan Bastian Coboy Junior. Firman adalah seorang penulis idealis. Dia bertahan tidak membuat scenario asal-asalan. Keuangannnya kolaps. Sementara temannya merayu untuk mengambil sebuah proyek menulis film komedi seks kacangan. Sang teman yang berniat membantu itu terus mendesak agar si penulis menelepon langsung produsernya. Temannya butuh uang untuk biaya rumah sakit istrinya.
Anak laki-lakinya 8 tahun merengek ingin datang ke ulang tahun temannya dan membeli kado. Akhirnya mereka pergi ke mal terdekat, membeli kado namun hanya dibungkus kertas koran. Ternyata pestanya pesta anak orang kaya dan anaknya tidak diundang. Dia harus menerima tatapan sinis para orang tua yang datang dengan kondisi wangi dan kinclong.
DALAM GELAP bercerita tentang sepasang suami istri tidur saling membelakangi. Mereka kikuk karena semua alat komunikasi mati. TV tidak bisa untuk menonton bola, handphone lowbat sehingga tidak bisa untuk update status, lampu mati jadi tidak mungkin membaca buku. Mati tidak mau mereka harus saling bicara satu sama lain.
Sekarang dalam gelap, hubungan mereka yang sudah kering itu mendadak dipertaruhkan. Perselingkuhan terkuak, namun perselingkuhan menjadi hal yang dimaklumi. Inilah kehidupan dramatis di tengah gemerlapnya kota Jakarta. Masing-masing menjadi apatis bahkan terhadap pasangannya sendiri.
Cerita JAKARTA HATI ditutup dengan cerita DARLING FATIMAH. Di Pasar Senen, Fatimah, janda keturunan Pakistan bermulut bawel sedang melayani para pembelinya. Lantas datang pemuda keturunan Tionghoa 20-an, seorang broker pemesanan kue. Keduanya lalu bertengkar. Dengan lontaran kosa-kata yang akan terasa kasar bagi telinga Jakarta yang lebih sopan. Tapi yang mereka bicarakan kehangatan cinta.
Kekuatan film ini terletak pada skenario. Sangat bisa dipahami karena Salman memang lebih dulu akrab dengan dunia kepenulisan dibanding penyutradaraan. Salman mencoba menangkap tempat-tempat yang menjadi identitas kota Jakarta. Salman juga berhasil mencari persoalan-persoalan yang yang dihadapi masyarakat Jakarta. Selain itu percakapan juga dimunculkan dengan berbagai gaya untuk menggambarkan kemajemukan masyarakat Jakarta, mulai dari kalangan elit, Betawi, Arab, sampai Tionghoa.
Salman tidak memberi ketegasan untuk semua cerita film. Ini membuat cerita melebar karena penonton sibuk dengan kemungkinan yang muncul dari setiap adegan. Karena semua pemain harus bertutur sebagai penjaga alur cerita, maka di beberapa titik aliran cerita film ini terasa lama dan membosankan. Ditambah dengan minimnya musik sebagai pelengkap suasana.
Perkara akting, bagian casting nampaknya sangat hati-hati dalam mencari pemeran setiap tokoh. Hasilnya masing-masing peran digambarkan dengan maksimal. Namun, urusan tata busana maupun make up tampak keteteran sehingga tampak mengganggu perann. Contohnya Andhika Pratama sebagai polisi muda tampil dengan rambut disisir ke samping menutup dahi rasanya masih terlalu rapi.
Lewat kisah-kisah yang sederhana, Salman yang bertindak sebagai penulis skenario dan sutradara memposisikan diri sebagai orang ketiga yang hanya bisa menerka tanpa mengetahui jalan keluar yang pasti dari cerita tersebut.
Di tengah hiruk pikuk kecepatan roda kemajuan, Jakarta menjadi begitu trengginas. Kejernihan hati tergilas. Jakarta pun menjadi kota yang lebih keras dari batu. Kisah-kisah dalam film ini mencoba membuat sketsa akan pencarian hati itu. Jakarta Hati tak hanya membidik percintaan melankonis antar dua pemuda. Film yang mulai tayang 8 November ini terdiri dari lima kisah yang akan bergerak secara berkesinambungan tanpa terhubung ceritanya satu sama lain.
Cerita pertama ORANG LAIN dibintangi oleh Surya Saputra danAsmirandah. Seorang laki-laki dan seorang perempuan yang saling tidak mengenal mencoba saling terka. Istri laki-laki itu selingkuh dengan pacar perempuan. Mereka berbincang, sambil berdua menyisiri malam Jakarta. Mempertanyakan siapa yang telah menjadi orang lain dalam hubungan yang cedera itu.
Cerita kedua berjudul MASIH ADA. Dengan bintang utama Slamet Rahadjo yang berperan sebagai Marzuni, salah seorang anggota dewan yang terhormat. Gara-gara mobilnya rusak, Marzuki harus mencari kendaraan ke Senayan. Sementara dia harus sampai ke Senayan, sebelum jam 11 siang. Marzuni menemukan kenyataan lain di perjalanannya tersebut.
Satpam perumahan tidak mengenalinya karena mobilnya selalu tertutup kaca gelap. Di perjalanan Marzuni, supir taksi disebutnya bodoh. Masih juga Marzuni menemui anak kecil yang hendak dipukuli karena ketahuan mencopet hanya untuk makan. Sementara Marzuni ke Senayan bukan untuk rapat, melainkan menerima uang suap. Ketika di tangannya ada tas olahraga berisi uang kontan satu milyar hasil bagi-bagi korupsi, Marzuki mencari hatinya.
Cerita ketiga, KABAR BAIK dengan bintang utama Andhika Pratama danRoy Marten. Andhika berperan sebagai polisi muda yang berusaha selalu lurus. Lalu datang dengan laki-laki paruh baya yang masih nampak gagah. Mereka sedang mengisi berkas BAP. Kasus penipuan laki-laki itu melibatkan banyak perempuan. Soal arisan berantai. Ibunya terus menelpon sementara ayahnya mengakui semua kesalahannya. Ada dua orang yang menunggu ayahnya pulang, ibu dan adiknya. Pada siapa polisi muda itu memberi kabar baik kemunculan ayahnya?
Kisah keempat HADIAH dibintangi oleh Dwi Sasono dan Bastian Coboy Junior. Firman adalah seorang penulis idealis. Dia bertahan tidak membuat scenario asal-asalan. Keuangannnya kolaps. Sementara temannya merayu untuk mengambil sebuah proyek menulis film komedi seks kacangan. Sang teman yang berniat membantu itu terus mendesak agar si penulis menelepon langsung produsernya. Temannya butuh uang untuk biaya rumah sakit istrinya.
Anak laki-lakinya 8 tahun merengek ingin datang ke ulang tahun temannya dan membeli kado. Akhirnya mereka pergi ke mal terdekat, membeli kado namun hanya dibungkus kertas koran. Ternyata pestanya pesta anak orang kaya dan anaknya tidak diundang. Dia harus menerima tatapan sinis para orang tua yang datang dengan kondisi wangi dan kinclong.
DALAM GELAP bercerita tentang sepasang suami istri tidur saling membelakangi. Mereka kikuk karena semua alat komunikasi mati. TV tidak bisa untuk menonton bola, handphone lowbat sehingga tidak bisa untuk update status, lampu mati jadi tidak mungkin membaca buku. Mati tidak mau mereka harus saling bicara satu sama lain.
Sekarang dalam gelap, hubungan mereka yang sudah kering itu mendadak dipertaruhkan. Perselingkuhan terkuak, namun perselingkuhan menjadi hal yang dimaklumi. Inilah kehidupan dramatis di tengah gemerlapnya kota Jakarta. Masing-masing menjadi apatis bahkan terhadap pasangannya sendiri.
Cerita JAKARTA HATI ditutup dengan cerita DARLING FATIMAH. Di Pasar Senen, Fatimah, janda keturunan Pakistan bermulut bawel sedang melayani para pembelinya. Lantas datang pemuda keturunan Tionghoa 20-an, seorang broker pemesanan kue. Keduanya lalu bertengkar. Dengan lontaran kosa-kata yang akan terasa kasar bagi telinga Jakarta yang lebih sopan. Tapi yang mereka bicarakan kehangatan cinta.
Review
Kekuatan film ini terletak pada skenario. Sangat bisa dipahami karena Salman memang lebih dulu akrab dengan dunia kepenulisan dibanding penyutradaraan. Salman mencoba menangkap tempat-tempat yang menjadi identitas kota Jakarta. Salman juga berhasil mencari persoalan-persoalan yang yang dihadapi masyarakat Jakarta. Selain itu percakapan juga dimunculkan dengan berbagai gaya untuk menggambarkan kemajemukan masyarakat Jakarta, mulai dari kalangan elit, Betawi, Arab, sampai Tionghoa.
Salman tidak memberi ketegasan untuk semua cerita film. Ini membuat cerita melebar karena penonton sibuk dengan kemungkinan yang muncul dari setiap adegan. Karena semua pemain harus bertutur sebagai penjaga alur cerita, maka di beberapa titik aliran cerita film ini terasa lama dan membosankan. Ditambah dengan minimnya musik sebagai pelengkap suasana.
Perkara akting, bagian casting nampaknya sangat hati-hati dalam mencari pemeran setiap tokoh. Hasilnya masing-masing peran digambarkan dengan maksimal. Namun, urusan tata busana maupun make up tampak keteteran sehingga tampak mengganggu perann. Contohnya Andhika Pratama sebagai polisi muda tampil dengan rambut disisir ke samping menutup dahi rasanya masih terlalu rapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar